Jumat, 07 Oktober 2016

Laris Menjual Busana Muslimah Segmen Menengah Atas

"Waduh Mbak, harganya kok mahal-mahal, mau dijual kemana?"
"Buyerku suka pilih-pilih, Bund, mereka suka membandingkan satu toko dengan toko lainnya. Jadi harga selisih dikit aja komplain, warna dan modelnya sama kok harganya jauh beda?"
"Kalau jualan disini dengan harga segitu nggak laku, Dik. Orang sini yang penting belinya murah, bisa dapet banyak."
Pernah dengar kalimat-kalimat seperti ini nggak? Kita menawarkan teman yang kebetulan tidak terlalu banyak aktifitas untuk menjadi reseler kita, tapi sudah keburu ngeper duluan melihat tag harganya? 

Menjual barang mahal memang butuh skill spesial. Anehnya selalu ada pasarnya. Bahkan di Indonesia yang konon katanya masih menyandang gelar negera (baru) berkembang, hampir semua pabrikan mobil mewah punya kantor cabangnya di negara kita. Sebut saja Ferari, Mercedez benz, BMW, atau mobil mewah dari Jepang Lexus. Mereka masih bisa menjual produknya di Indonesia. 

Atau lihatlah gadget yang beredar di Indonesia. Bagaimana bisa Asus ROG, Dell Alienware, Macbook Pro dan laptop super mahal lainnya masih mendapatkan pasar? Di Hitech Mall Surabaya bahkan ada counter MSI khusus untuk gaming yang promonya "Laptop gaming murah di bawah Rp 20 jt."

Maka bagi yang belum tahu, menjual baju muslim di bawah 100 rb rupiah dan baju harga 400 ribuan prosesnya akan kurang lebih sama, kalau kita tahu sasaran yang tepat. Jadi alih-alih berpikir siapa yang mau beli baju seharga 385 ribu, maka pertanyaannya adalah kepada siapa baju seharga 385 ribu ini kutawarkan?

Yang jelas menawarkan baju segmen middle up dengan busana untuk kalangan low end pasti berbeda sasarannya. Jadi silahkan anda pikirkan, akankah bijaksana menawarkan gamis seharga 400 - 500 ribu kepada mahasiswa semester 3 - 4 misalnya, yang jatah bulanannya masih tergantung pada orang tuanya di desa? Sebaliknya, kira-kira jika anda bertemu seorang pengusaha atau manager sebuah perusahaan raksasa, maukah dia kita tawari produk seharga puluhan ribu misalnya?

Maka itulah gunanya kita belajar marketing. Tujuannya bukan sekedar menawarkan dagangan  kepada siapa saja yang kenal kita, atau siapa saja yang lewat di depan mata, tapi juga mengenali karakter setiap orang, memahami passion, interest dan selera mereka. Seller yang baik akan bisa memetakan selera costumernya. Kalau anda bisa punya barang dengan bermacam-macam kualitas, maka anda beruntung karena bisa mengakomodir semua kepentingan mereka.

Bagaimana dengan seller yang hanya menjual produk-produk mahal? Rasanya seller ferari atau mercedez benz atau laptop Asus ROG atau lenovo thinkpad tidak akan begitu saja menyebarkan brosur di pinggir jalan untuk dibagikan ke setiap kendaraan yang lewat. Mereka sudah punya database kira-kira siapa yang membutuhkan jasa mereka.

Bagaimana dengan anda, Bunda, Sista? Sudahkah anda menyiapkan data base untuk costumer yang sesuai dengan produk yang anda punya? Bagaimana cara mencari dan menjaring sasaran yang tepat dengan cara-cara halus, smart dan tidak bikin jengkel orang lain?  Semua itu ada ilmunya, dan bukan sekedar memasukkan seseorang yang baru kita kenal ke dalam grup jual beli kita, atau mentag siapa saja dalam promosi dagangan kita.


Sebagai produsen busana marketing segmen middle up, Aulia Production sadar betul akan dilema para agen dan resellernya. Karena itu sangat penting bagi kami untuk memastikan bahwa seluruh tim marketing bisa bekerja secara cerdas dalam memasarkan produknya. Untuk itulah kuliah/pelatihan marketing diadakan secara rutin dan berkesinambungan. Jadi kalau anda ingin bergabung, kami akan mengajarkan kepada anda cara menjaring konsumen yang tepat, memasang iklan di facebook tanpa membuat jengkel friendlist kita, sekaligus memberi manfaat dan inspirasi teman-teman baru kita.
Selamat bekerja, Bunda dan Sista.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar